10 Desember 2008

Dibalik Pariwisata Bali

Pengembangan pariwisata Bali oleh pemerintah Indonesia lebih diarahkan ke ekonomi. Konsep pariwisata budaya menjadi wacana yang sangat populer di kalangan orang Bali. Melalui konsep ini diharapkan pengembangan pariwisata Bali benar-benar bertumpu pada kebudayaan Bali yang dijiwai agama Hindu sebagai potensi dominan. Pada gilirannya antara kebudayaan dan pariwisata diharapkan terjalin hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan.


Namun kenyataannya, konsep pariwisata budaya lebih diterjemahkan sebagai pemanfaatan budaya untuk konsumsi pariwisata. Dalam konteks ini, hal yang dianggap penting bukanlah melindungi masyarakat dan kebudayaan Bali dari berbagai dampak negatif pariwisata, tetapi mengarahkan partisipasi mereka dalam pengembangan pariwisata.


Apa yang sebelumnya diwacanakan sebagai renaisance kebudayaan hanyalah sebatas kebangkitan dalam bidang seni, bukan kebudayaan dalam pengertian antropologis yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, estetika, hukum, adat, dan lainnya. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk program penumbuhan dan pembinaan kesenian yang dianggap sebagai pelestarian budaya.


Konsep pariwisata budaya memang digemakan, namun kebudayaan Bali dalam batas-batas tertentu mengarah menjadi budaya pariwisata, yakni mentalitas yang cocok dengan pariwisata atau budaya yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan pariwisata. Hal ini mengakibatkan sikap ganda dalam menanggapi kebudayaan Bali, yakni di satu pihak kebudayaan Bali dipandang sebagai warisan yang harus diselamatkan, sementara di pihak lain sebagai modal satu-satunya yang mau tidak mau harus dimanfaatkan, dipromosikan, dan dipasarkan.


source: seminar Unud tentang kepariwisataan Bali

Tidak ada komentar: