26 Desember 2009

Kok Indonesia, Bukan Nusantara?


Sebagai seorang warga negara Indonesia, tiba-tiba saya mempertanyakan bagaimana negara yang saya tinggal ini bisa bernama Indonesia : 

Wilayah kepulauan Indonesia memiliki banyak nama pada masa lampau. Bangsa Tionghoa menyebut kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Sedangkan bangsa India menyebut kepulauan ini Dwipantara yang artinya Kepulauan Tanah Seberang, nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).

Masa penjajahan Belanda, tanah air dinamakan Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Dr. Setiabudi pernah mengartikan kata Nusantara secara nasionalis dengan mengambil kata Melayu asli "Antara", maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern.

Bangsa Eropa menganggap bahwa Asia terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok, sedangkan daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya disebut "Hindia". Tanah Air mendapatkan nama “Kepulauan Hindia” (Indian Archipelago). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Malay Archipelago).

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850 (terbitan Singapura), halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesia/nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau).

Dalam The Ethnology of the Indian Archipelago (bagian JIAEA juga), Logan sependapat dengan Earl. Tapi ia lebih condong memilih "Indunesia" dengan vokal O menjadi "Indonesia". Sejak itulah nama Indonesia dipakai oleh Logan dalam banyak artikelnya dan ia terus menerus menggunakan nama itu.

Meski nama itu bermakna secara etnology dan geogarafi untuk merujuk pada satu kawasan di Nusantara. Nama itu kemudian bermakna politis untuk memperjuangkan suatu Negara merdeka bernama "Indonesia". Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1928, para pemuda dengan tegas menggunakan kata Indonesia dalam sebuah maklumat terkenal, Sumpah Pemuda. Meski Belanda menolak keras nama Indonesia, nama itu terlanjur digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama oleh kalangan pintar Indonesia dalam membentuk nama organisasi dan dalam berbagai tulisan mereka.

Meskipun Belanda telah kalah dari Jepang, Belanda tidak mengakui nama Indonesia. Nama Hindia masih digunakan didunia Internasional pada masa pendudukan Jepang. Pada masa kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, nama Indonesia semakin kokoh sebagai nama sebuah bangsa ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, melenyapkan nama Hindia dan lahirlah Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Merdeka !!!

source:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia
http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=2388
 

25 Desember 2009

Mencoba Memahami Secuil Kecil Kualitas Buddha Gotama

-Memetik sebagian kecil dari buku yang menceritakan secuil kecil tentang sifat dan kualitas seorang Buddha Gotama, pendiri Agama Buddha 2500 tahun silam-

"Elok nian tarian ketika sebuah sitar disetel;
Disetel tidak tinggi tidak rendah,
Dan kami akan menari menghibur hati manusia.

Senar yang disetel terlalu tegang putus,
dan musik pun melayang;
Senar yang terlalu longgar sia-sia, dan musik pun mati;
Setelah sitar bagi kami tidak tinggi tidak rendah."

Maka menyanyilah para penari mengikuti tiupan pipa bansuli dan petikan senar-senar tersebut. Buddha mengangkat kening yang memancarkan keagungan itu manakala orang-orang tidak bermoral itu berlalu, dan bersabda:
"Mereka yang bodoh terkadang mengajarkan sesuatu kepada mereka yang bijaksana; aku menarik dawai kehidupan ini begitu ekstrem, barangkali, karena bermaksud membuat musik yang seperti tadi. Kedua mataku mengabur untuk melihat kebenaran, kekuatan tubuhku berkurang dratis sehingga kebutuhan adalah utama; apakah aku masih tertolong seperti seseorang yang membutuhkan pertolongan sesamanya, karena kematian akan merenggut hidupku, kehidupan seseorang yang menjadi harapan semua manusia." (menceritakan seorang Buddha tidak keras kepala).

Setelah Sujata memberi makanan yang berkhasiat sehingga Siddharta Gotama memperoleh kekuatannya kembali dan kehidupan kembali seolah-olah malam-malam penantian dan hari-hari puasa telah berlalu sekadar mimpi. (menceritakan bahwa menyiksa diri, berpuasa, tidak akan memberi solusi dalam mencapai penerangan).

roda dharma buddhisme

Malam pun tiba, manakala Siddharta Gotama bersemedi merenung di bawah Pohon tersebut. Akan tetapi dia sang Pangeran Kegelapan, Mara--demi mengetahui betapa sang Buddha yang akan membebaskan manusia, dan sekarang adalah waktunya ketika ia akan menemukan Kebenaran dan menyelamatkan dunia-dunia--memberi perintah kepada semua balatentara kejahatan. Maka lihatlah dari segenap lubang kelam paling dalam balatentara kejahatan, setan-setan yang selalu memerangi Kebijaksanaan dan Cahaya, Arati, Trishna, Raga dan para pembantu-pembantu mereka, hawa nafsu, ketakutan, ketidakacuhan, hasrat badani, anak-anak kekelaman dan teror;

Semua pembenci Buddha, yang berupaya sekuat tenaga menggoncangkan pikirannya; tanpa menyadari, tanpa mengetahui sedang berhadapan dengan dia yang terbijaksana, setan-setan laknat dari neraka ini bertempur sepanjang malam supaya Kebenaran luruh dari hadapan Sang Buddha: terkadang dengan hujan teror yang paling keji, gemuruh balatentara kegelapan yang mengendarai angin bak awan-awan berarak dengan guntur dan luapan cahaya membutakan mata dalam tombak cahaya yang kasar mengerikan, jingga, dari langit yang tersobek;

terkadang dengan tip daya dan kata-kata yang terdengar manis di telinga, diantara desah dedaunan dan kelembutan aliran udara memunculkan bentuk-bentuk rupawan memabukkan pikiran; lagu-lagu yang mendayu-dayu, bisikan-bisikan percintaan mesra; terkadang dengan teror keraguan dasyat, yang membuat kebenaran sia-sia.

Lalu sepuluh Dosa utama datang--para pembantu utama Mara, para malaikat kejahatan--mula-mula Attavata, dosa diri, yang di Alam Semesta sebagaimana di dalam cermin melihat wajahnya yang terlihat itu, dan berseru "Aku", akan membuat dunia berkata "Aku", dan segenap hal lenyap jikalau ia menang.

"Andaikan engkau memang sang Buddha," katanya, "biarkan yang lain mencari-cari tanpa cahaya; cukuplah bila Engkau adalah Engkau yang tak berubah; bangkit dan renggutlah puncak ekstase para dewa yang tiada berubah, tiada berperasaan dan tiada berjuang sedikitpun."
Tetapi Buddha bersabda,"Yang benar bagimu adalah kejahatan, yang salah adalah sebuah kutukan; pergilah menipu mereka yang hanya mencintai diri sendiri."

Lalu melintaslah Keraguan, dia yang menyangkal--Dosa cemooh--dan ia mendesis di telinga sang Buddha, "Semua hal adalah sekadar tipuan mata, dan sungguh kenaifan pengetahuan akan tipu daya mereka; engkau hanya mengejar bayangan dirimu semata; bangun dan pergilah segera, tidak ada jalan yang lebih baik daripada menanggung cemooh, tidak ada pertolongan untuk manusia, tidak layak pula niat menetap dalam pusaran roda yang berputar ini."
Tetapi jawab sang Buddha, "Engkau tidak ada sangkut-pautnya denga aku, Visikitcha si raja palsu! Musuh-musuh manusia yang paling samar!"

Setelah it datanglah dia yang kekuatannya adalah memberi kepercayaan-kepercayaan menyesatkan silabbata-para-masa, wanita penyihir, yang menyamar di banyak negeri sebagai Iman yang rendah hati, tetapi selalu memanipulasi jiwa-jiwa dengan ritus dan doa-doa; para penjaga kunci Neraka-Neraka dan pembuka gerbang Surga-Surga. "Apakah engkau berani" tanya dia, "menyingkirkan kitab-kitab suci kami, menggulingkan segala tahta para dewa kami, mengosongkan semua kuil kami, mengguncang hukum yang memberi makan kepada para pendeta dan menopang kerajaan-kerajaan?"
Tetapi jawab sang Buddha, "Apa yang engkau minta aku jaga adalah bentuk yang akan lenyap berlalu, tetapi Kebenaran sejati tetap berdiri; kembalilah ke kegelapan yang menjadi rumahmu."

Kemudian adalah giliran seorang Penggoda yang berani, Kama, Kaisar segala hawa nafsu, yang berjalan dengan gagah, yang telah banyak menyimpangkan kedewaan para dewa, Tuan atas segala cinta, penguasa kerajaan kenikmatan. Sambil tertawa dia datang ke pohon itu sembari memegang busur emasnya yang dibungkus dengan kembang-kembang warna merah, dan anak-anak panah keinginan yang di ujungnya terpasang api halus lima lidah, yang menyengat hati yang ia gigit:

dan di sekeliling dia hadirlah ketempat yang terpencil itu sekelompok bentuk mempesona dengan mata dan bibir bak malaikat surga sambil menyanyikan kata-kata indah memuja Cinta, mengikuti alunan musik nada-nada manis, begitu magis penuh pesona sihir. Belum ada pertunjukan yang begitu indah, yang kian lama kian mendekati Pohon Bodhi, sambil berbisik "Oh Siddharta yang Agung! Aku adalah milikmu, rabalah mulut ini dengan sepasang mulutmu dan rasakan betapa manis kemudaan!"


Tidak ada yang dapat menggoyahkan pikiran sang Buddha, Astaga! Kama mengibaskan busur ajaibnya dan sebuah bentuk, tak terperikan cantik dan anggun maju perlahan mengenakan wajah dan tubuh Yasodhara. Lembut sepasang pelupuk mata penuh harap itu bergenang air mata; sambil mengulurkan kedua tangan membuka hendak memeluk sang kekasih kalbu, memanggil-manggil nama Siddharta, seraya menarik nafas panjang, merayu-rayu sang Buddha agar kembali padanya dalam kebahagiaan dan kenikmatan.

Tetapi kata Buddha, "Demi kemanisan dia yang engkau coba perankan, bayangan palsu memabokkan! Engkau melakukan hal yang sia-sia; aku mengutuk engkau bukan sebagai yang mengenakan sebuah bentuk yang begitu indah, namun engkau sebagai bayangan-bayangan keduniawian. Melelehlah kembali ke kekosongan aslimu!"

Dibawah langt yang mulai menggelap dan suara guruh dari kejauhan, datanglah Dosa-Dosa yang lebih keji, yang paling kejam di antara kesepuluh Dosa; Patigha--Kebencian--ular-ular yang melingkar menjijikkan di seputar pinggangnya, mengisap susu beracun dari sepasang puting yang berjuntai-juntai di dadanya, dan dengan kutukan-kutukannya, ia mencampur desisan marah ular-ular piaraannya itu. Lalu mengikuti di belakangnya adalah Ruparaga--Nafsu hari-hari-- dosa seksual, keserakahan akan kehidupan;

dan disampingnya adalah Nafsu Kemasyuran, Aruparaga yang lebih mulia, dia yang dengan mantranya menyesatkan mereka yang bajik, ibu perbuatan-perbuatan heroik, pertempuran dan kerja keras. Dan Mano si tinggi hati juga tiba, penguasa Rasa Bangga; dan Kebenaran Diri yang lemah-lembut, Uddhachcha;

dan--dengan ditemani banyak pengikut, wujud-wujud tanpa bentuk dan menjijikan yang melata-lata dan melompat-lompat seperti katak dan kelelawar - Ketidakacuhan, Ibu Ketakutan dan Kesalahan, Avidya, seorang wanita tua buruk rupa dan jahat, yang jejak-jejak kakinya membuat tengah malam kian hitam, sementara gunung-gunung yang tertanam kuat dan bumi terguncang, angin-angin yang meniup liar melolong, awan-awan yang tercabik-cabik beku kehilangan aliran hjan yang bercahaya halus; para Penguasa Neraka dari seribu Tempat Penantian memimpin bala tentara mereka untuk menggoda iman sang Buddha.

Tetapi sang Buddha tak sedikitpun bergerak, duduk berwibawa dengan keutamaan sempurna yang mendinding menjadi segenap gerbang dan tangga sebuah benteng pertahanan; begitu juga Pohon Suci - Pohon Bodhi - yang tidak tergugah di tengah lautan gemuruh suara, malahan setiap daun mengeluarkan sinar gemerlapan seakan di musim purnama tiada hembusan angin sepoi-sepoi yang membawa butir-butir embun; karena semua hiruk-pikuk ini tertahan lingkaran teduh dedaunan yang dibentuk dahan-dahan yang saling merajut:

Di malam ketiga,-- bumi memendam semua suara, para balatentara neraka sudah melarikan diri,-- Siddharta Gotama mencapai Samma-sambuddha.

"Banyak rumah kehidupan
telah menahan aku - mencari dia yang menciptakan
segenap penjara indra-indra ini, yang penuh sesak
dengan kesengsaraan;
getir tak terkira perjuangan tak kenal kata mundur ini!

Tetapi sekarang,
wahai engkau pembangun tabernakel ini - ya engkau!
aku mengenal engkau! Jangan pernah kau bangun lagi dinding-dinding penderitaan ini,
jangan bangkitkan lagi pohon dusta yang lebat itu,
jangan letakkan penyangga-penyangga atap
yang baru pada bata itu.

Rumahmu sudah dihancurkan, dan
tiang utamanya tiada bertahan lagi!
Semua sekadar ilusi!
Dari tempat itu aku berlalu
selamat mencapai pembebasan."

source: Ajaran-Ajaran Klasik Sang Buddha -- bag. Kitab Ke Enam.

-----------------------------
* tulisan yang lengkap dapat diperoleh dari buku Ajaran-Ajaran Klasik Sang Buddha, penulis Li Yutang

19 Desember 2009

Racun No.1; Botulinum Toxic

Racun ini dihasilkan oleh bakteri Clostridium Botulinum dan merupakan protein yang paling mematikan di dunia. Bila spora bakteri Clostridium Botulinum hinggap di makanan atau luka, maka ia akan segera memproduksi racun Botulinum. Racun ini sangat mematikan karena cukup dengan 0.000 000 7 gram akan membunuh sebagian besar orang dewasa, dan hanya dibutuhkan 1 kg saja ia dapat membunuh seluruh populasi manusia di atas Planet Bumi.

Bakteri ini pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh Emile van Ermengem dan umumnya dapat ditemukan di tanah. Pada tahun 1949, kelompok Burgen menemukan bahwa racun botulinum menghambat transmisi neuromuskular.

Meskipun sangat beracun, digunakan dalam menit dosis kedua untuk mengobati nyeri kejang otot, dan sebagai perawatan kosmetik di beberapa bagian dunia. Pada jaman sekarang banyak wanita yang menyuntikkan racun ini ke wajah mereka untuk menghilangkan kerutan akibat penuaan dengan terapi yang bernama Botox (Botulinum Toxin).

Botox dijual secara komersial di bawah nama merek Myobloc, Botox dan Dysport untuk tujuan ini. Botox diproduksi oleh Allergan Inc (AS) untuk kedua terapi serta penggunaan kosmetik. Pemeliharaan terbaik adalah disimpan pada suhu dingin 2-8 derajat Celcius.

Ref:
Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology, 4th ed., McGraw Hill.
http://en.wikipedia.org/wiki/Botulinum_toxin