25 Maret 2010

Tawa dan Air Mata


Ketika matahari ditarik oleh sinarnya dari taman, dan bulan menghamparkan selimut cahayanya yang nyaman pada bunga-bunga, aku duduk di bawah pohon merenungi fenomena atmosfer, memandang menerobos dahan-dahan, pada bintang-bintang bertaburan yang berkilauan bagai keping-keping perak di atas karpet biru; dan aku dapat mendengar dari kejauhan gelisahnya gemericik dari nyanyian anak sungai dalam perjalanan cepatnya menuju ke lembah.

Waktu burung-burung mengambil tempat di antara dahan-dahan pohon, dan bunga-bunga melipat mahkotanya, dan keheningan syahdu mulai turun ke permukaan bumi, kudengar gemersik langkah kaki menginjak rerumputan.
Aku menaruh perhatian dan melihat sepasang anak muda mendekati tempat perlindunganku. Mereka duduk di bawah sebatang pohon sedemikian sehingga aku dapat melihat mereka tanpa diriku sendiri terlihat.

Setelah si pemuda melihat sekitar pada semua arah, kudengar dia berkata, "Mari duduk di dekatku, kekasihku, dan dengarkan hatiku; tersenyumlah, karena kebahagiaanmu adalah perlambang masa depan kita; bersenang hatilah, karena hari-hari cerah bergembira bersama kita.

"Jiwaku memberi peringatan padaku akan keraguan di dalam hatimu, karena keraguan di dalam cinta adalah sebuah cacat".

"Segera kau akan menjadi pemilik lahan yang luas terbentang ini, disinari oleh cahaya bulan yang cantik; segera kau akan menjadi ratu di istanaku, dan semua pelayan dan pengasuh akan mematuhi semua perintahmu."

"Tersenyumlah, sayangku, seperti senyuman emas pada peti kekayaan ayahku."

"Hatiku menolak rahasia untuk mengingkarimu. Dua belas bulan kebahagiaan dan perjalanan panjang sedang menanti kita; selama satu tahun kita akan menghabiskan emas ayahku di danau biru di Swiss, dan menikmati pemandangan bangunan-bangunan besar di Italia dan Mesir, dan beristirahat di bawah Cendar Suci di Lebanon; kau akan bertemu dengan putri-putri yang akan mengirikan permata dan gaunmu".

"Semua ini kulakukan untukmu; apakah kau puas?"

Dalam sesaat kusaksikan mereka berjalan dan melangkah di atas bunga-bunga seperti langkah-langkah si kaya di atas jantung si miskin. Begitu mereka menghilang dari pandanganku, aku mulai membuat perbandingan antara cinta dan uang, dan menganalisis posisi dua hal itu di dalam hatiku.

Uang! Sumber dari cinta yang tidak tulus; berseminya sinar dan keberuntungan palsu; sumur dari air beracun; keputus-asaan dari masa lalu!

Aku masih berkhayal di tengah gurun-kontemplasi yang luas ketika pasangan yang sedih dan seperti hantu melewatiku dan duduk di atas rumput; seorang lelaki muda dan seorang perempuan muda yang meninggalkan gubuk pertanian mereka di ladang tak jauh dari sini demi tempat yang dingin dan terpencil ini.

Tidak berapa lama keheningan menjadi utuh, kemudian aku mendengar kata-kata berikut ini di ucapkan dengan desahan dari bibir yang kering karena cuaca, "Jangan tumpahkan air mata, sayangku; Cinta yang membuka mata kita dan memperbudak hati kita dapat memberi kita berkah kesabaran. Berbahagialah di tengah kelambatan kita, karena kita telah mengambil sumpah dan memasuki kuil Cinta; karena cinta kita akan selamanya tumbuh dalam kemalangan; karena di dalam nama Cinta kita sekarang dibebani derita kemiskinan dan pedihnya kesengsaraan juga kekosongan kemiskinan dan pedihnya kesengsaraan juga kekosongan perpisahan. Aku akan terus mengatasi kesukaran-kesukaran ini sampai aku menang dan bisa meletakkan pada tanganmu suatu kekuatan yang dapat mengatasi semua kesulitan untuk menyelesaikan perjalanan hidup ini."

"Cinta -yaitu Tuhan- akan menilai ratapan air mata kita sebagai dupa yang dibakar di depan altarNya dan Dia akan menghargai kita dengan ketabahan. Sampai jumpa, kekasihku; Aku harus pergi sebelum bulan yang membesarkan hati akan berlalu."

Suara yang jernih, dipadukan dengan api yang menyalakan cinta, dan kepedihan harapan akan kerinduan, dan manisnya kesabaran, berkata, "Sampai jumpa, sayangku."

Mereka berpisah, dan elegi penyatuan mereka tertutupi oleh raungan tangis hatiku.

Aku menatap Alam yang tertidur, dan dengan refleksi mendalam menemukan kenyataan dari sesuatu yang begitu luas dan tidak terbatas -sesuatu yang tidak dapat dituntut oleh kekuatan apapun, tidak bisa didapatkan oleh pengaruh apapun, juga tidak bisa dibeli oleh harta kekayaan sebanyak apapun. Sesuatu yang tidak bisa dihapuskan air mata waktu atau direndam oleh danau biru di Swiss atau bangunan indah di Itali.

Inilah sesuatu yang mampu menyatukan kekuatan dengan kesabaran, tumbuh melawan rintangan, menghangatkan di musim dingin, berkembang pada musim semi, menghembuskan angin sepoi pada musim panas, dan menghasilkan buah pada musim gugur -Aku telah menemukan Cinta.

By Kahlil Gibran (1883-1931) - The Treasured Writings of Khalil Gibran (tears and laughter)

-Dicintai seseorang begitu dalam akan memberi Anda kekuatan; mencintai seseorang begitu dalam akan memberi Anda keberanian-. Lao Tze, Filsuf China.

Tidak ada komentar: