9 Juli 2009

Percaya Pada Agama

Pagi ini saya membaca kembali buku Ceramah "Fa" (*Dharma/Hukum) Los Angeles 1999 yang dibawakan Shifu Li-Hongzhi. Sebelumnya telah saya baca 2 tahun yang lalu. Berikut salah satu kutipan yang menurutku merupakan Jawaban yang selalu menjadi pertanyaan banyak orang :

Dahulu didalam agama banyak orang berkata, asalkan anda percaya pada agama, anda akan dapat naik ke langit, masuk surga; asalkan anda percaya pada agama anda akan dapat menjadi Buddha. Saya katakan itu adalah menipu orang. Apa yang disebut menjadi Buddha? Apa yang disebut masuk surga?

Setiap tingkat terdapat tuntutan yang berbeda bagi kehidupan. Sama seperti kalian bersekolah, bila anda kelas satu, anda harus mempunyai standar kelas satu, anda kelas dua harus mempunyai standar kelas dua, sesampainya kelas menengah tentu ada standar kelas menengah. Anda selalu membawa buku pelajaran SD, dengan standar kelas satu anda lalu masuk universitas, anda masih tetap adalah murid SD, maka anda juga tidak dapat masuk universitas, demikianlah yang dimaksud. Ini dibicarakan dari permukaan, yang kita maksud adalah benar-benar mencapai kriteria ini dari dalam lubuk hati, dengan demikian anda baru dapat masuk surga, anda baru dapat mencapai kesempurnaan.

Ada orang yang percaya pada agama, saat berdoa sangat tulus; saya telah berbuat kesalahan… Tetapi, begitu keluar rumah dia tetap melakukan kesalahan yang sama, doanya jadi sia-sia, hatinya belum benar-benar berubah. Dia beranggapan dirinya sudah percaya, sudah berdoa maka dapat masuk surga. Anda senantiasa berdoa, senantiasa berada pada standar ini, maka anda selamanya juga tidak dapat masuk surga.

Yang dikatankan Yesus; “Percayalah padaku maka kau dapat masuk surga”, tidak berarti anda telah berdoa padanya, dalam hati anda percaya padanya, dengan bentuk formalitas semacam ini lalu dapat masuk surga, bukan demikian. Melalui tiap kali berdoa anda tidak lagi melakukan kesalahan yang sama, anda berbuat makin lama makin baik, anda makin lama semakin mendekati tuntutan dari surga Yesus, dengan demikian anda baru dapat mencapai standar surga, itu baru disebut benar-benar percaya. Jika tidak, untuk apa Yesus mengucapkan begitu banyak perkataan? Bukankah tujuannya agar anda berbuat menurut perkataannya, berbuat semakin baik? Yang saya katakan adalah demikian maksudnya. Agama sekarang, termasuk pula agama Buddha, orang-orang tidak berkultivasi ke dalam hati, semuanya menempuh bentuk formalitas, semua itu adalah palsu. Masalah ini cukup dibicarakan sekian saja.

Pemahaman pribadi : Kita yang harus menolong diri sendiri, bukan agama yang menolong kita. Apabila kita tidak ingin berubah, maka agama pun tidak akan sanggup merubah kita menjadi prilaku yang baik sesuai standar surga.

Tidak ada komentar: